Rabu, 09 Maret 2016

Supernova dan Cinderella



Di sini saya tidak akan membahas tentang serial Supernova. Saya yakin sekali sudah ada banyak blog yang membahas tentang Supernova dari seri awal--Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh--hingga paling akhir--Inteligensi Embun Pagi. Saya tidak akan menceritakan betapa kagumnya saya dengan sosok Diva atau yang dikenal sebagai Bintang Jatuh dan juga Thomas Alfa Edison Sagala--Gelombang.

Alasan saya menulis postingan kali ini adalah, ada dua buah paragraf yang cukup menggelitik hati saya ketika membaca Supernova - Inteligensi Embun Pagi.

Percakapan terakhirnya dengan Kas pun mengiang. Sulit bagi Zarah untuk percaya bahwa rangkaian peristiwa dalam hidupnya adalah jalur yang terbaik. Namun, detik itu akhirnya Zarah memahami ke mana semua pilihan itu bermuara.
Masa lalu, masa depan, dan masa kini melebur dan menggenapinya. Zarah memejamkan mata. Tak ada waktu dan tempat lain yang ia inginkan selain saat ini, di dalam dekapan seseorang yang akhirnya mengizinkan Zarah merasa sungguh memiliki segalanya. - Inteligensi Embun Pagi



Bagi para pembaca Supernova, pastilah sudah tahu bagaimana perjalanan hidup seorang Zarah di seri Partikel sebelum Zarah bertemu Gio. Perjuangannya untuk mencari ayahnya hingga pergi meninggalkan keluarga, lalu suatu ketika dia bertemu seorang pria yang pada akhirnya mengkhianatinya. Dan apa yang lebih menyakitkan ketika penghianatan tersebut juga dilakukan oleh sahabatnya? Namun, semua luka yang pernah dialaminya seolah terbayar lunas dengan hadirnya sosok seorang Gio.

Ingatan saya kemudian tertuju pada sebuah dongeng masa kecil, Cinderella. Hidup Cinderella seakan tak pernah bahagia karena siksaan yang dia peroleh dari ibu tiri dan juga dua saudara tirinya. Setiap hari hidupnya hanya diisi dengan pekerjaan rumah yang seolah tak pernah habis. Teman-temannya hanyalah sekumpulan binatang yang menemaninya saat ia bekerja. Hingga pada akhirnya dia bertemu dengan seorang pangeran dan setelah itu kehidupannya tak lagi sama.

Supernova dan Cinderella tentunya dua buah cerita yang berbeda, kesamaan antara keduaanya adalah keduanya hanyalah cerita fiksi.

Pernah terlintas di kepala saya, betapa bahagianya hidup saya seandainya saya seperti Cinderella yang pada akhirnya menemukan seorang pangeran. Dan baru-baru ini terlintas di kepala saya, betapa bahagianya saya jika saya menjadi seorang Zarah. Tak bisa dipungkiri saya merasa iri kepada Zarah ketika pada akhirnya dia bertemu dengan sesosok Gio.

Seorang selebtweet pernah membuat sebuah pooling, kurang lebih berisi pertanyaan tentang, "apakah kalian percaya dengan sebuah cinta sejati?" Hasil dari pooling itu menunjukkan bahwa lebih dari 50% orang menjawab bahwa life is not a fairy tale or life is not a disney world, dan ya, saya termasuk orang minoritas yang percaya bahwa cinta sejati itu ada.

Mungkin bukan seperti Cinderella yang langsung ketemu pangeran dan langsung bahagia selama-lamanya, tapi saya tetap percaya pria seperti Bapak BJ Habibie itu masih ada. Beberapa kali saya bertemu orang yang salah. Tapi masa sih, saya ketemu orang yang salah terus, nanti pasti ada dong yang tepat. The right person, at the right time, in the right place.


Karra, curhat? Mungkin, iya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar