Rabu, 11 Juni 2014

Hujan, Aku, Kamu, dan Kenangan.

"Nanti pulang sekolah jangan langsung pulang ya."

"Kenapa?" tanyaku.

"Aku ada pertandingan basket. Aku pengen kamu nonton."

"Hmm. Tapi aku belum ijin papa kalau mau pulang sore."

"Udah, tenang aja."



Well. Aku masih ingat betul kejadian sore hari itu. Kamu memintaku melihatmu bertanding. Dan kau tahu, sore itu menjadi sore terindah yang pernah aku lewati.

Aku sudah berdiri di pinggir lapangan untuk melihatmu bertanding, tapi kamu tak jua menampakkan diri. Setelah menunggu, kamu datang menghampiriku. Menyerahkan handphonemu seraya berkata, "ini kalau mau sms papa". Ternyata kamu pulang lebih dulu untuk mengambil handphone, padahal aku tau, jarak rumahmu ke sekolah lebih jauh dari jarak rumahku ke sekolah.

Saat ingin ku serahkan kembali handphone kepadamu, kau berkata, "bawa dulu aja". Dan dengan begitu teman-temanku juga ikut meminta pulsamu untuk sms ijin ke orang tua masing-masing, padahal aku tahu, kau baru saja mengisi pulsa tadi malam dan saat itu biaya mengirim sms belum semurah sekarang.

Waktu pertandingan ditunda karena hujan perlahan turun. Dan saat itu aku mengkhawatirkanmu jikalau kamu harus bertanding di bawah hujan. Tapi tak lama kemudian hujan sedikit reda, dan wasit memberikan intruksi agar kedua team bersiap dilapangan.

Lalu tiba saatnya untuk kamu bertanding. Memang, ini bukan untuk pertama kalinya melihatmu bertanding, ini untuk kesekian kali. Tapi, ini pertama kalinya kamu memintaku menyaksikan pertandinganmu, dan untuk pertama kalinya aku ingin menonton pertandingan bukan untuk sekedar mensupport team, tapi karena ada seseorang yang ingin selalu kulihat. Ada rasa bahagia ketika melihatmu berhasil mencetak skor, poin demi poin.

Selama kamu bertanding, handphonemu yang sedang berada ditanganku seringkali berdering. Seorang perempuan, yang kutahu dia temanmu sedari taman kanak-kanak, dan yang kutahu dari seorang teman, saat ini dia sedang mendekatimu Waktu istirahat tiba, kamu kembali menghampiriku. Ku katakan bahwa kau mendapatkan telfon, dan kau bertanya kenapa tak ku jawab saja telfonnya.

Ah, kamu. Saat itu aku dan kamu tidak dalam hubungan yang resmi. Tentu saja bukan hakku untuk mengangkat telfon yang masuk ke hpmu. Tapi kemudian kamu katakan bahwa aku bebas mengangkat semua telfon yang masuk ke hpmu dan apabila kemudian perempuan itu kembali menelfon, kau menyuruhku untuk mengangkatnya.

Tak lama kemudian, ada telfon masuk, dari orang yang sama. Ku serahkan hp kepadamu. Lalu kau angkat telfonnya dan kalian bercakap-cakap tak begitu lama. Tentu saja kutanyakan apa yang dia katakan. Dan kamu hanya menjawab, "katanya good luck buat pertandingannya gitu sih".

Dan kau selalu tahu, apapun yang kamu katakan aku selalu percaya padamu.

Pertandingan kembali dilanjutkan. Dan aku kembali menyaksikan, sambil berdoa semoga team sekolah kita menang, karena sepertinya ini team terkuat yang pernah kalian lawan. Papan skor berganti dengan cepat, poin kalian saling susul menyusul.

Hujan kembali datang. Kali ini lebih lebat dari yang sebelumnya. Wasitpun memberikan time out untuk sejenak menghentikan pertandingan.

Kamu kembali datang menghampiriku.

"Kamu kenapa malah neduh di sini, sih?" tanyaku ketika kamu tiba.

"Lah, tas aku di sini. Neduhnya juga enakan di sini."

"Tuh diliatin. Banyak lagi yang ngeliatin."

"Udah biarin aja."

Iya, saat itu kamu sudah ada yang memiliki. Pemilikmu mengawasi aku dan kamu dari kejauhan. Dan aku, mungkin datang pada waktu yang tidak tepat.

Hujan tak juga reda. Wasit memberi option untuk tetap melanjutkan pertandingan atau mengganti jadwal dilain hari. Dan kedua team sepakat untuk tetap melanjutkan walaupun hujan.

"Doain ya, team kita ketinggalan nih."

Tahukah kamu tanpa kau mintapun aku selalu berdoa yang terbaik untuk kamu?

Babak ketiga, babak keempat terlewati sudah. Yang kuingat, saat itu hanya selisih satu poin. Dan team kita menang saat nyaris kalah seandainya diwaktu akhir team sekolah kita tak berhasil mencetak three poin. Kalian melaukan celebration, dan satu per satu penonton melangkahkan kaki untuk pulang, begitu juga denganku.

Dan sebelum aku pulang, kamu tak lupa mengatakan, "Ka, makasih ya."

Kamu.

Sosok yang selalu terlihat sempurna dimataku, tak ada satupun cela. Sosok yang tak membiarkanku menangis, selalu mengalah, meminta maafku padahal aku yang salah, selalu berusaha membantu apapun yang kubutuhkan, mengajariku mengerjakan tugas-tugas sekolah, menelfonku disaat aku sakit, selalu mengajakku bersaing saat ujian dan aku selalu kalah.

Dan disaat aku masuk SMA lalu kusadari sosokmu sudah tak lagi ada, aku seperti nenek tua yang kehilangan tongkatnya. Tak ada lagi sosok yang membantuku mengerjakan tugas, mendengarkan semua cerita sehari-hariku, mendampingiku.

Aku tahu, itu semua cerita masa lalu. Dan aku menyadari benar, tak ada lagi cinta untukmu. Tapi, kamu selalu sempurna dimataku, meski kini tak ada lagi keinginan untuk memilikimu, untuk mengetahui kabarmu setiap hari, untuk selalu berada dekat denganmu, disampingmu.

Tapi kenangan tentangmu, adalah kenangan terindah tentang hujan yang pernah aku punya.

First love?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar