Selasa, 20 November 2012

Filosofi Baju




Well, di sini gue mau menuhin janji gue dulu kalau gue akan nulis ‘Filosofi Baju’. Cerita ini bermula ketika gue hangout sama sahabat gue, Eva. Kali ini kita jalan-jalan di Tunjungan Plaza, Surabaya. Kenapa bisa sampai Surabaya? Karena waktu itu gue lagi kerja praktek di Gresik, kota dengan tempat hangout asyik jelaslah Surabaya. Dan seperti yang biasa kita lakukan ketika hangout ke mall, kita nge-pump, makan, dan tentu aja hunting baju! :D

Ada beberapa outlet yang emang udah jadi langganan gue tiap pergi ke mall yang harus gue kunjungi entah nanti ada yang gue suka apa engga. Salah satunya yaitu Hardware. Tau Hardware? Bukannya promosi salah satu butik milik artis cantik Luna Maya itu tapi emang harus gue akui gue suka product Hardware. Sayangnya pas hari itu model terbaru dari Hardware udah gue punya. Jadi gue memutuskan untuk cari di outlet lain.

Selanjutnya gue mengunjungi salah satu outlet, namanya Magnolia, yang dari luar keliatan banget kalo di dalam situ adalah tipe baju-baju yang gue suka. Dan di outlet tersebut gue menemukan suatu baju, semacem model croptee, warna coklat dengan motif bunga warna warni. Gue lihat-lihat lalu gue tinggal bentar lihat model yang lain. Lalu gue kembali lagi, ke baju itu lagi dan fix! Itu baju yang gue paling suka di outlet tersebut dan pengen gue beli. Tapi tau sendiri sifat cewek seperti apa, belum puas kalo mengunjungi satu outlet, gue sama Eva pergi ke outlet lain.

Kali ini gue nurutin Eva yang suka product Gaudi. Di sini nggak ada baju yang gue suka tapi di sini Eva nemuin baju yang dia suka. Semacem baju warna hitam bahan chiffon dengan motif bunga warna pink kecil-kecil. Dia lihatin terus itu baju dan tentu sambil mikir mau dia beli apa enggak. Dia letakkan baju itu kembali ke tempatnya lalu berjalan ke arah gue, “Lihat yang lain dulu, yuk!” Dan tentu saja gue meng-iya-kan ajakan itu.

Lalu kita berdua memasuki satu per satu outlet yang kita anggap menarik. Naik turun lantai udah hal biasa bagi kami. Entah udah berapa kali kita menginjakkan kaki di atas escalator. Entah dari Tunjungan Plaza 1 ke 4 kita nggak peduli. Yang kita tahu kita betah aja di mall jalan ke sana ke mari nggak peduli berapa kali itu outlet kita lewati, nggak peduli berapa jam waktu yang kita habiskan, tapi kita sedikit peduli dengan berapa uang yang telah kita keluarkan. Dan sampai kita keliling-keliling outlet ini sepertinya pengeluaran kita saat itu masih terbilang wajar. Mungkin.

Dan setelah kita ke sana ke mari memang pilihan kita masing-masing tadi kita anggap yang terbaik. Karena posisi kita ke Gaudi lebih dekat daripada Magnolia tadi, maka kita ke Gaudi telebih dahulu. And you know what? Baju yang tadinya ada 4 pcs sekarang tinggal 1 pcs! Tinggal satu! Eva seketika panic lihat baju yang dia suka tinggal satu biji! Dia langsung ambil langsung cobain itu baju. Oh iya! Enggak lupa dia minta pendapat sama pacarnyaaa dan tentu aja bb gue di pinjem sama dia buat bbm-an sama pacarnya karena bb-nya Eva tuh pendingnya luar biasa! Dan fix! Dia beli itu baju.

Setelah itu gue ke Magnolia. Yang gue inget outlet itu ada di lantai 4 deket sama coffee shop. Baju coklat itu masih ada di sana, belum ada orang yang ngambil baju itu, dan lalu nggak pake lama baju itu langsung gue coba. Setelah gue coba ternyata baju itu kurang cocok di badan gue. Sebenernya nggak rela  juga gue ngelepasin baju itu tapi mau gimana lagi? Kalo udah nggak cocok di paksa gimana juga nggak bakal cocok.

Dan akhirnya gue keluar dari outlet itu dengan tangan hampa. Lalu kita melanjutkan perjalanan kita ke outlet selanjutnya. Saat sedang jalan gue ngobrol sama Eva. “Va kamu sadar nggak Va, kita nyari baju tadi semacem kita nyari jodoh,” kata gue ke Eva.

Melihat raut mukanya gue tahu dia nggak ngerti sama apa yang gue maksud. Gue lalu melanjutkan kata-kata gue. “Gini loh Va, kamu inget baju kamu yang di Gaudi tadi?” Eva mengangguk tanda setuju.

Gue ngomong lagi, “Kita tadi pertama ke sana ada empat kan, dan di saat kita dateng untuk ke dua kalinya tinggal satu biji. Sama seperti jodoh. Orang yang pertama menemukannya punya hak untuk memilihnya atau meninggalkannya begitu saja. Dan orang-orang yang nemuin baju itu setelah kamu memutuskan untuk langsung mengambilnya. Tapi beda sama kamu, kamu milih buat melihat yang lain dulu. Dan setelah kamu sadar baju itu yang terbaik dan kamu kembali untungnya masih ada satu baju. Coba kamu pikir, itu semacem ada orang yang suka kamu tapi kamu memutuskan untuk tidak langsung menerimanya. Dan di saat kamu sadar dia yang terbaik, untungnya dia masih ada di sana. Masih ada buat kamu. Ngerti maksud aku?”

Eva mengangguk lalu berkata, “Oh jadi misalnya ada orang ketemu Esa. Orang itu boleh ya milih Esa. Tapi ternyata orang itu nggak milih Esa lalu Esa ketemu aku. Aku berhak juga buat milih Esa apa enggak. Tapi terus aku mikir ada yang lebih baik dan ternyata setelah aku cari-cari emang Esa yang terbaik. Dan untungnya Esa masih ada di sana. Begitu?”

“Iya semacem itulah. Semoga langgeng sama Esa ya Va ya,” kata gue ke Eva. Gue tahu Eva sayang banget sama Esa, cowok dia sekarang.

“Iya, aamiin. Nah kalo kamu gimana?” tanya Eva ke gue.

“Kalo aku ya kaya baju aku tadi. Baju coklat yang gue temuin tadi. Gue dulu anggep dia yang terbaik tapi kita sempet lost contact beberapa lama. Dan di saat gue kembali dan mencoba untuk sama-sama ternyata nggak bisa, Va. Aku sama dia nggak bisa jadi kita. Mungkin emang bukan karena ketidak cocokan tapi tetep aja ada sesuatu yang emang ngebuat kita nggak bisa jadi satu.” Ahh ngomong seperti itu membuat gue cukup galau. (Dan juga saat gue sekarang inget kejadian waktu itu. Sudahlah.)

“Dan pada akhirnya nanti pasti kamu nemu penggantinya yang lebih baik. Sama kaya aku udah nemuin Esa,” kata Eva menghibur gue.

Gue tersenyum mendengar itu, dan dalam hati gue, gue selalu berdoa Tuhan segera mengirimkan seseorang yang terbaik buat gue.

Well, seperti itulah. Tiap kali kita bertemu seseorang, kita berhak untuk memutuskan untuk memilihnya atau pun meninggalkannya. Dan di saat kamu memutuskan untuk meninggalkannya tapi di kemudian hari kamu tersadar bahwasanya selama ini dia lah yang terbaik, beruntung lah kamu apabila dia masih ada di sana, menunggumu. Tapi apabila dia telah memutuskan untuk pergi dan bahagia bersama orang lain, di sini kamu akan belajar apa artinya mengikhlaskan. Karena terkadang ada beberapa hal yang memang nggak sesuai sama yang kita harapkan.

Dan terkadang, rasa cinta yang dimiliki kalian berdua nggak cukup menjamin untuk kalian bisa bersama-sama. Ada beberapa hal yang terkadang nggak bisa dipaksakan untuk menjadi satu sekuat apapun perasaanmu. Karena terkadang, kita dituntut untuk merelakan, melepaskan, mengikhlaskan yang pada akhirnya harus kalian terima kenyataannya.

Percayalah, Tuhan telah menyiapkan jodoh untuk tiap umat-Nya. Tunggu aja :)


Semarang, 13 November 2012
With love,
Karra

2 komentar:

  1. Hi salam kenal :)

    Nice one! gue setuju banget dan lebih milih nyari baju dari pada cari jodoh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, salam kenal juga :)
      Makasih sudah mampir ya
      Dan semoga kita dapat jodoh yang terbaik dari Tuhan! Aamiin O:)

      Hapus