Gadis itu duduk di bangku kayu yang cukup besar
Entah sudah berapa lama dia duduk di bangku itu
Di taman itu, dia melihat bunga yang nampak indah
Dan ketika seseorang memetiknya dan membuang bunga itu
begitu saja, ia tahu, kecantikan bunga itu hanya sementara. Ia tahu, walaupun
bunga lain tak ada yang memetiknya tapi suatu ketika bunga itu akan layu. Dan
tak akan nampak indah lagi.
Di taman itu, dia melihat air
Air itu mengalir, mengikuti arus. Sebagian yang lain
mengalir dengan mudahnya. Sebagian yang lain bertemu dengan tumpukan sampah
yang dibuat manusia yang tak peduli dengan alamnya.
Di taman itu, dia melihat burung
Burung-burung itu bebas terbang kesana-kemari. Dari pohon
satu ke pohon yang lainnya. Dan setelah burung-burung itu bosan, mereka berlalu,
pergi.
Pohon
Cukup lama gadis itu menatap pohon besar yang berdiri tegap
di samping kanannya. Pohon itu selalu menerima burung-burung yang datang
kepadanya. Meski ia tahu, suatu ketika, burung-burung itu akan pergi
meninggalkannya. Pohon itu meneduhi orang-orang yang ada dibawahnya, meski
pohon itu tahu, suatu ketika orang-orang itu akan pergi, pulang. Pohon itu
tetap menghasilkan buah manis berwarna merah, meski ia tahu suatu ketika akan
ada orang yang memetiknya sampai di pohonnya tak ada lagi apa-apa. Pohon itu
tetap menjaga daun-daun yang ada ditubuhnya, meski ia tahu, terkadang angin
berhembus amat kencang, hingga daun-daun pun berjatuhan.
Pohon
Gadis itu cukup lama terdiam
Cukup lama berfikir
Lalu dia menuliskan sesuatu di sebuah notes yang ada di
tangannya,
“Pohon itu mulia, dia melakukan semua hal dengan tulus,
dengan ikhlas, meski ia tahu suatu ketika semuanya itu akan pergi
meninggalkannya. Aku iri dengan pohon. Tapi aku tak mau seperti dirinya. Aku
bukan tempat singgah. Aku adalah tujuan.”
Kemudian dia tinggalkan secarik kertas itu
Lantas pergi, meninggalkan pohon seorang diri
Semarang,
7 March 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar