Kuliah Kerja Nyata atau biasa dikenal dengan KKN adalah mata
kuliah yang wajib gue ambil di semester VII. Diawali dengan pembekalan pada
Desember 2012, yang pada waktu itu pelaksanaannya bertepatan dengan masa
recovery gue setelah gue typus + sakit lambung, jadi maklum lah kalau gue tidak
cukup tertarik dengan materi yang disampaikan oleh Dosen Pembimbing Lapangan
gue (walaupun nggak abis sakit sepertinya gue juga malas-malasan :D). Gue nggak
peduli dosen ngomongin lulusan Univ gue lah, tata tertib KKN lah, tujuan umum –
tujuan khusus dan entah apa yang mereka sampaikan. Yang gue tunggu-tunggu saat
itu adalah dimana lokasi KKN gue nanti dan dengan siapa nantinya gue
menghabiskan waktu selama 35 hari.
Detik berganti detik, jam semakin cepat berputar, hingga
pada akhirnya, tiba waktunya buat Dosen gue membacakan daftar nama kelompok dan
lokasi KKN masing-masing. Kalo untuk hal ini gue dengerin baik-baik dan setelah
dibacakan, gue ditempatkan di Desa Gombong, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten
Batang—yang entah bagaimana keadaan desa itu, beserta 15 mahasiswa lain dari
berbagai fakultas yang nggak pernah gue lihat dan nggak pernah gue kenal sama
sekali. Gue lihat satu persatu muka manusia-manusia yang nantinya akan tinggal
seatap sama gue dan menghabiskan waktu bersama. Nggak munafik, beberapa
pemikiran tentang mereka langsung berkelibat di dalam isi kepala gue. Ini mungkin
begini, ini mungkin begitu, dan lain sebagainya otak gue berimajinasi sesuka
hati.
Sebelum KKN dilaksanakan, kita wajib melakukan survey
terlebih dahulu. Dan saat pertama kali survey, gue melihat adanya kebersamaan
dalam tim gue yang selalu gue harap itu nggak hanya diawal tapi sampai akhir
nanti. Dan saat melihat bagaimana keadaan Desa Gombong—desa yang akan gue
tempatin nantinya, gue cukup takjub. Pegunungan hijau dan luasnya persawahan
yang nggak akan pernah kalian temuin di perkotaan. Sejauh mata memandang kau
akan melihat indahnya ciptaan Sang Pencipta. Tetapi di lain sisi, jujur gue
miris, gue sedih. Miris karena melihat desa yang masih begitu tertinggal, jauh
dari hingar bingar mewahnya kehidupan perkotaan. Yang gue temui hanyalah
kesunyian. Ditambah lagi dengan keadaan rumah yang akan menjadi posko gue
selama KKN nanti. Nggak
ada kamar mandi. Kalo aku kebelet pipis malem-malem gimana? Dan gue berfikir, apa gue
bisa? Banyak pertanyaan di otak gue. Why me? Dan setelah pulang
survey yang ada hanyalah keluhan kenapa nggak ada kamar mandi. Hingga akhirnya salah seorang temen gue
bilang, “Tuhan punya sesuatu buat lo.”
Nah! Desa Gombong cantik sekali bukan? |
Di kota mana ada kaya gini? :D |
Rapat demi rapat gue lalui bersama kelompok gue dan gue
mulai merasa, Thanks God, I’m blessed! Mereka orang-orang yang begitu luar
biasa. Pernah suatu ketika setelah selesai rapat gue kehilangan kunci motor
gue. Dan memang, sebelumnya gue nggak pernah seceroboh itu lupa naruh kunci
motor dimana. Pikir gue saat itu adalah, mereka bakal makan duluan dan gue
bakal kelabakan sendirian nyari kunci motor dan ternyata, I’m wrong! Mereka
nggak pergi ninggalin gue sendirian. Mereka ternyata pergi nyusulin gue ke
kampus—karena pada waktu itu gue parkir
motor di kampus gue yang notabene deket sama lokasi rapat. Mereka bantu gue
nyari kunci motor sampai ketemu! Oh, My! How happy I am :)
Setelah melewati UAS yang begitu menakjubkan adanya dan juga
melewati riwehnya LRK karena disini gue sekertarisnya yang ditunjuk begitu
saja, tibalah waktunya untuk kita ber-KKN riang gembira. Posko yang gue lihat
sebalumnya sudah tampak berbeda. Sudah lebih baik dari pertama kali gue lihat,
dan yang paling penting adalah, sudah ada kamar mandi didalamnya! Dengan hanya
ada tiga kamar, sementara kami ber-enam belas orang, jadi nggak mungkin semua
orang bisa tertampung di dalam kamar. Gue putuskan gue tidur di ruang tengah.
Bersama para pria yang tidurnya luar biasa lasaknya. Dan kejadian hari pertama
saat kami tidur bersama adalah, suara mesin diesel Budi yang luar biasa
kerasnya. Gue tipe orang yang susah tidur kalo berisik, dan dengan perjuangan
luar biasa pada akhirnya gue bisa memejamkan mata dan mulai terbiasa dengan
suara diesel yang begitu cetar
membahana! Ditambah lagi peristiwa-peristiwa unik semacem ada yang ngigau, ada
yang kentut, yang pada akhirnya itu menjadi fenomena yang gue temui setiap kali
malam datang. Ah! Gue kangen bobo bareng kalian :”)
Gue bersyukur punya temen-temen yang rajin bangun pagi. Tapi
bukan berarti gue seneng tiap pagi di bangunin secara anarki oleh para
woco-woco. Tiba-tiba di tarik selimutnya, tiba-tiba di hidupin lampunya,
tiba-tiba kaki ditempelin sama kaki mereka yang dinginnya minta ampun abis kena
air. Dan tau sendiri air di daerah pegungungan seperti apa. Iya, gue selalu
kalah bangun dengan mereka para lelaki. Dan hal itu yang sekarang nggak bisa
gue dapetin tiap pagi :”)
Kapan lagi bisa kaya gini? |
Suatu ketika, salah satu rekan sekelompok gue menjalankan
program KKN nya, yaitu membantu para petani desa Gombong. Di situ kami satu
team berangkat ke kebun. Karena gue nggak mau kotor-kotoran gue hanya menunggu
di salah satu gubuk yang ada di kebun itu hihi. Jalanan kebun cukup licin
karena memang sedang musim hujan. Melihat Varda dengan perjuangan luar biasa
menyusuri jalanan kebun masih gue ingat hingga detik ini. Entah berapa kali dia
terpeleset dan entah berapa kilo tanah yang nempel di kaki dan di sandal yang
dia pakai :D. Kaki anak-anak yang lain emang kotor juga, tapi gue rasa dialah
pemenangnya. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk ke sungai sebentar
membersihkan kaki kami yang kotor. (FYI, sungai itu juga yang kami pakai untuk
mencuci beberapa baju yang nggak bisa di laundry.)
Kami semua seperti anak kecil dapet mainan baru. Seneng banget main air sungai. Walaupun jalan tutun ke sungai juga susah tetap aja kita jabanin. Alhasil waktu naik ke atas setelah ngebersihin kaki dari sungai ya kotor lagi kaki kita karena jalan yang cukup licin. Cukup lama kita foto-foto dan mainan air disana. Hingga pada akhirnya, salah seorang petani lewat membawa Durian! Durian! Durian yang notabene buah favorit kita semuaaa. Bau durian berasa nempel terus di hidung walaupun bapak petani tadi sudah pergi jauh meninggalkan kami. Setelah melalui perdebadan yang lumayan panjang kami putuskan untuk makan durian bersama.
Huwow, durian! Walaupun jalan menuju penjual Durian berjarak cukup jauhkarena harus melewati beberapa desa lain yang juga menjadi tempat KKN teman-teman kami yang lain, tapi demi durian kami rela melewatinya! Setelah jalanan berliku naik turun bukit sampailah kami pada penjual durian. Para woco-woco yang sepertinya ahli memilih durian melihat-lihat ini dan itu hingga akhirnya terpilihlah empat durian (kalo kaga salah inget) untuk dibuka saat itu juga. Dan jangan tanya bagaimana kejaidan setelahnya karena sudah jelas ke-anarki-an lah yang terjadi setelah pembukaan durian pertama. Cowok cewek kagak ada yang mau ngalah. Nggak ada kata jaim-jaiman sok imut sok manis sok cantik sok ganteng. Belepotan durian mah bodo amat lah ya. Walaupun sebenernya gue belum cukup puas sama duriannya, pengen nambah lagi, lagi danlagi, tapi terpaksa kami harus segera kembali ke posko. Hari itu, entah mengapa gue merasa bahagia. Mungkin yang kami lakukan hanya sederhana, pergi ke kebun, main di sungai, lalu makan durian bersama. Tapi bagi gue, saat itu, gue ingin waktu berhenti sejenak, memberi gue sedikit waktu untuk menikmati semuanya dan merekam semua kejadian di hari itu lalu gue simpan dalam-dalam di benak gue :”)
Kami semua seperti anak kecil dapet mainan baru. Seneng banget main air sungai. Walaupun jalan tutun ke sungai juga susah tetap aja kita jabanin. Alhasil waktu naik ke atas setelah ngebersihin kaki dari sungai ya kotor lagi kaki kita karena jalan yang cukup licin. Cukup lama kita foto-foto dan mainan air disana. Hingga pada akhirnya, salah seorang petani lewat membawa Durian! Durian! Durian yang notabene buah favorit kita semuaaa. Bau durian berasa nempel terus di hidung walaupun bapak petani tadi sudah pergi jauh meninggalkan kami. Setelah melalui perdebadan yang lumayan panjang kami putuskan untuk makan durian bersama.
Huwow, durian! Walaupun jalan menuju penjual Durian berjarak cukup jauhkarena harus melewati beberapa desa lain yang juga menjadi tempat KKN teman-teman kami yang lain, tapi demi durian kami rela melewatinya! Setelah jalanan berliku naik turun bukit sampailah kami pada penjual durian. Para woco-woco yang sepertinya ahli memilih durian melihat-lihat ini dan itu hingga akhirnya terpilihlah empat durian (kalo kaga salah inget) untuk dibuka saat itu juga. Dan jangan tanya bagaimana kejaidan setelahnya karena sudah jelas ke-anarki-an lah yang terjadi setelah pembukaan durian pertama. Cowok cewek kagak ada yang mau ngalah. Nggak ada kata jaim-jaiman sok imut sok manis sok cantik sok ganteng. Belepotan durian mah bodo amat lah ya. Walaupun sebenernya gue belum cukup puas sama duriannya, pengen nambah lagi, lagi danlagi, tapi terpaksa kami harus segera kembali ke posko. Hari itu, entah mengapa gue merasa bahagia. Mungkin yang kami lakukan hanya sederhana, pergi ke kebun, main di sungai, lalu makan durian bersama. Tapi bagi gue, saat itu, gue ingin waktu berhenti sejenak, memberi gue sedikit waktu untuk menikmati semuanya dan merekam semua kejadian di hari itu lalu gue simpan dalam-dalam di benak gue :”)
Berhubung lokasi KKN gue berdekatan dengan kebun teh, kurang lengkap rasanya bila kami tak meluangkan waktu sejenak berkunjung kesana. Saat kau berada disana, yang kau temui hanyalah kedamaian. Menikmati indahnya ciptaan Tuhan di hamparan hijau yang begitu menenangkan. Udara yang begitu sejuk, suara gemericik air sungai, kabut putih tipis menyelimuti kebun itu. Sunyi, tenang, damai—sebuah keadaan yang gue suka. Tapi entah mengapa, gue kurang bisa menikmatinya. Ada yang hilang. Tak lengkap rasanya. Gadis, Varda, Nanda nggak ikut serta dalam liburan kami hari itu. Ada yang musti mereka selesaikan di Semarang. Ahh sayang sekali :”) Perjalanan setelah ke kebun teh dilanjutkan ke rumah Rangga yang kebetulan rumahnya juga di Kabupaten Batang. Agak iri sih sama dia yang tempat KKN nya deket sama rumahnya sendiri hihi. Disana kami dapat makan gratis, mie ayam yang enak sekali, dan juga sepertinya orangtua Rangga tau makanan kesukaan kami. Iya, Durian! Kami makan Durian lagi secara anarki. Durian, mengapa kau enak sekali :9
Kebun Teh Pagilaran |
Dimana-mana fotonya sama Endaho :D |
Tiap kali gue pergi ke Batang Kota, gue selalu melihat
baliho yang menunjukkan adanya Dolphin Show di Pantai Sigandu yang sepertinya
itu satu-satunya pantai di Kota Batang. Gue suka pantai. Dimana lagi kita bisa
melihat tanah air dan udara menjadi satu? Iya, di pantai kita bisa melihat
hamparan pasir, luasnya samudera, dan birunya langit menjadi kesatuan yang tak
dapat dipisahkan. Dan suatu hari, mereka mewujudkan permintaan gue untuk pergi
ke Sigandu. Pantai itu tak begitu ramai oleh wisatawan. Hanya beberapa
wisatawan local yang terlihat di Pantai itu. Tapi sayang sekali tempat itu tak
terkelola dengan baik. Banyak sampah di sana sini yang mengurangi minat
wisatawan untuk mengunjunginya. Gue nggak menghabiskan waktu lama di pantai
karena gue juga berkeinginan untuk menonton Dolphin Show di dalam Taman Safari.
Sebelum melihat pertunjukan kami berkesempatan berkeliling sebentar melihat
beberapa satwa yang ada di dalam kebun binatang itu. Ada beberapa hewan yang
belum pernah gue lihat sebelumnya dan sekarang gue lupa apa namanya. Ada monyet
lucu namanya Desy . Ada juga burung merak, macan tutul (mbahnya kucing),
beruang dan satwa lainnya. Dan yang paling penting, ada salah satu kakak tua
yang sepertinya jatuh cinta sama Willy. Bagaimana tidak? Setelah Willy pergi,
kakak tua itu teriak-teriak sekuat tenaga dengan bahasanya yang entah apa
artinya. Willy, pembuat burung kakak tua patah hati :D.
Entah sudah berapa lama gue nggak lagi melihat lumba-lumba
hingga akhirnya di hari itu gue kembali melihat aksi luar biasanya. Ibarat
manusia, lumba-lumba menurut gue banyak banget amalnya. Mereka harus rela hidup
di kolam yang luasnya tak seberapa dibandingkan luasnya samudera Sang Pencipta.
Dan mereka berhasil membuat tertawa jutaan orang di luar sana. Meskipun mereka
tak bisa hidup bebas, meskipun mereka lelah, meskipun mereka merasa sakit, tapi
mereka berhasil membuat orang bahagia, termasuk yang gue rasain saat itu. Dan
di hari itu, kembali, hal sederhana terjadi. Tapi meninggalkan jejak di dalam
hati :”) – Batang, 10 Februari 2013
Lumba-lumba - hewan yang punya banyak pahala |
Willy - pembuat kakak tua sakit hati :D |
Berbicara tentang KKN nggak lengkap rasanya kalau nggak cerita
tentang anak SD. Iya, mengajar SD mungkin bukan program pokok kami, tapi gue
rasa, mereka yang bekasnya akan selalu ada. Sejak dulu, gue merasa, gue nggak
suka ngajar, gue nggak pinter ngajar, karena gue susah menyampaikan sesuatu ke
orang lain. Tapi mereka, membuat pemikiran gue selama ini salah. Mengajar itu
menyenangkan, mengajar itu bisa gue lakukan. Kalau selama ini ada yang pernah
merasa guru kalian selama SD, SMP, bahkan SMA itu ada yang pilih kasih, menurut
gue itu benar adanya. Masing-masing dari kami mempunyai favorit
sendiri-sendiri. Entah karena kepandaiannya, entah karena usilnya, entah karena
cakepnya dan itu memang nyata. Kangen juga ya datang ke SD terus didatengin
murid-muridnya, pada salim dan ngucapin salam. Ahh, kalian. Bagaimana kabarnya?
Masih inget sama kakak kan ya? :”)
Ngajarin mereka gosok gigi menyenangkan sekali :") |
Bahagianya mereka saat membuat roket air :D |
Bagi mereka, kertas lipat itu sesuatu yang berharga :") |
SD N Gombong |
Minggu terakhir KKN. Mulai mengerjakan laporan. Dan yang gue
lakukan saat itu adalah berusaha menikmati satu minggu terakhir di desa
Gombong. Ikut lari-lari pagi yang sebenernya gue nggak suka olahraga. Ke dapur
ngobrol-ngobrol sama Bu Lurah sama Ibu masak (yang sampai sekarang gue kaga tau
namanya). Pergi ke posyandu yang sebenermya itu nggak perlu. Ikut pergi ke mas
Tofa (pengrajin opak—salah satu product makanan Desa Gombong) yang belum pernah
gue temui sebelumya. Dan yang paling nggak gue sangka-sangka, anggota gue luar
biasa rajinnya. Suatu ketika disaat gue bangun pagi, mereka semua sudah berada
di depan laptop masing-masing mengerjakan LPK. Entah hanya berapa jam mereka
tidur. Maklum lah kalo sekring lampu putus berkali-kali. Belasan laptop di
charge sedangkan voltase rumah yang nggak seberapa gedenya. Sebagai seseorang
yang berkewajiban membuat LPK desa dan ngedit LPK mereka nantinya, gue nggak
nyuruh mereka kerja rodi ngerjain LPK, tapi memang mereka luar biasa
tanggungjawabnya. Dan disaat gue dapet info kalo LPK gue LPK tebaik, gue merasa
kerja keras mereka dan kerja keras gue selama ini, ngadep laptop berjam-jam,
ngedit ini itu, salah ketik berkali-kali, keringat dan air mata terbayar sudah!
Begitu juga dengan Expo. Lelahnya gedekor stand sampai malam hari dan juga
kehujanan sewaktu perjalanan ke Batang Kota—sampai-sampai gue harus beli baju baru di Indomaret karena
gue nggak suka basah—terbayar lunas ketika stand terbaik jatuh pada stand kami.
Dan memang, nggak ada yang sia-sia dalam hidup ini.
Waktu dengan cepat berlalu. Hari ke-tigapuluh lima datanglah
sudah. Gue sendiri bangga sama diri gue karena ini rekor terlama gue nggak
ketemu mama. Aduh Karra, kelihatan sekali manjanya ya. Perasaan gue saat itu,
gue sendiri nggak tahu. Seneng karena KKN selesai juga pada akhirnya, tapi
sedih juga harus ninggalin Gombong yang gue rasa masih banyak yang perlu gue
bantu dan gue lakuin di sana. Gombong yang begitu indah, Gombong yang begitu
hijau, Gombong yang punya warga luar biasa, Gombong yang menyimpan banyak
kenangan, Gombong yang telah menjadian bagian hidup gue. Entah bagaimana suara
dan ekspresi muka gue waktu jadi perwakilan kelompok ngasih sambutan
perpisahan. Kalimat yang udah gue susun sedemikian rupa berantakan begitu saja.
Yang ada hanya satu dua kata yang dilanjutkan dengan butiran air yang turun
dari pelupuk mata.
Perpisahan Desa Gombong :") |
Sebelum pulang foto-foto dulu di depan posko |
Tiga puluh lima hari yang berkesan. Tiga puluh lima hari
yang nggak akan pernah gue lupa. Tiga puluh lima hari gue hidup bersama orang-orang
yang begitu sayang gue, manjain gue banget banget, sabar banget ngadepin gue.
Gue belum pernah merasa se-special itu. Dihargai, dihormati, disayangi,
dimanja, diharapkan, diperlukan, dibutuhkan. Selama ini gue kira cuma mama dan
eyang gue yang mau nyuapin gue. Tapi ternyata orang yang baru aja gue kenal mau
nyuapin gue. Selama ini gue kira hanya mama, tukang pijat, mbak-mbak spa,
mbak-mbak salon yang hanya mau mijitin gue. Tapi ternyata orang yang baru saja
gue kenal mau nglakuin itu. Dalam tiga puluh lima hari, mereka tahu gue phobia
kucing, gue nggak suka pedes, gue alergi dingin, gue alergi ikan, gue bawel,
gue galak, gue cerewet, dan well, mereka menerima gue dengan sifat-sifat gue
yang memang terkadang susah dimengerti, banyak maunya, banyak nyebelinnya. Gue
nggak tahu harus ngomong apa, gue juga nggak ngerti harus bagaimana. Tulisan
gue ini amat sangat berantakan adanya tapi inilah yang bisa gue tulis. Inilah
yang bisa gue bagi. Inilah yang bisa gue berikan. Inilah yang bisa gue
sampaikan.
Mengenal Adinda Gadis
Sukmawijaya Putri yang galaknya setengah mati tapi gue tahu dia sayang
banget sama gue dan tentunya semua anak di team gue, Endah Purnama Sari yang kalau ketawa seperti mpok nori yang amat
sangat berjasa karena sering masakin gue tiap kali ibu masak ikan, Nanda Juwita yang hobi banget pake
handbody lotion yang selalu ngingetin gue pake herocyn tiap harinya, Varda Amina yang gindul-gindul sekali pemuja
siwon sejati dengan suara emas dan talenta luar biasa yang dimiliknya, Adinda Rizki Pertiwi yang selalu
bertingkah lucu yang selalu bisa buat gue tertawa tiap kali lihat dia, Rizqi Khalalia yang amat sayang sama
adeknya, Willy Oktafiano—sang
komting Teknik Industri yang begitu bijak dan begitu gila kelakuannya, Adi Kurnia Muktabar—sang pangeraran
berkuda putih yang siap menjemput tuan putri serta pecinta jig saw sejati dan
suka sembarangan naruh kunci motor kalau ilang bingung sendiri, Cholid Fajar Saputra yang isi kepalanya
penuh dengan ilmu politik yang dia terapkan di aspek kehidupannya, M. Sindhunata Prambodo yang selalu
membantuku memotong frame dan selalu ada saja kata-kata lucu yang keluar dari
mulutnya kalau malam hari berubah jadi Sindi :D, Budhi Agung Prasetyo yang memiliki suara mesin diesel luar biasa, Mukorrobin yang tak bisa pelan saat
mengendarai sepedaa motor dan entah sudah berapa kali gue teriak-teriak tiap
diboncengin sama dia, M. Rangga Perdana
yang selalu aja ada tingkahnya yang membuat posko menjadi ramai adanya, Putra Arya Bumi yang rajin sekali mandi,
serta M. Affan yang hanya ikut KKN
beberapa hari yang karena pindah universitas harus pulang, tapi terimakasih
sekali sudah menjaga posko selama ini, adalah suatu anugerah yang diberikan
oleh Tuhan, yang nggak didapatkan sama orang lain, yang gue akhirnya tahu, “Ini
sesuatu dari Tuhan buat aku.” Dan emang sudah sepantasnya gue jaga sampai
nanti. I love you all more than word can say.
Mungkin untuk sementara ini adalah tulisan di dalam blog gue
yang paling panjang. Karena kalian, nggak akan pernah habis untuk ku ceritakan
:”)
Kuliah Kerja Nyata
15 Januari – 18 Februari 2013
Desa Gombong, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang
Written on March 4, 2013 - Posted on March 26,2013
Regards,
Karra
Well written ika. Aduh jadi kangen KKN aku. Eh tapi buset banyak bener ada 16 orang. -_-
BalasHapusBtw, aku tahu sama yg namanya kolid. :D
Gibuuuuul. Iya bul punya aku 16 orang hihi. Oh iya? Temen kamu ya? Itu anak subhanallah yaaa haha
BalasHapus