They said, if you love someone, set
them free. If they come back they’re yours; if they don’t they never were.
Waktu kuliah dulu, sering banget
kesel sama Ocha. Ocha dulunya sering banget nangis gegara pacarnya. Dia
mempertahankan hubungan yang ‘kelihatannya’ –karena kita nggak pernah tahu
sebenernya relationship orang itu seperti apa—nggak sehat, meskipun banyak
orang bilang ke dia, “udah putusin aja!”
Sekarang, mungkin saya ketulah. Saya
sering nyuruh Ocha putus, padahal saya nggak paham bener apa yang dia rasain,
apa yang terjadi. Dan sekarang saya tahu, nggak mudah ada di posisi itu.
Berada di posisi antara ingin tetap
mempertahankan dan melepaskan—karena udah ngerasa nggak sanggup, tapi kalau
disuruh ngelepasin kok ya nggak ikhlas. Saya cewek lemah yang ketika diajak
ngobrol lagi aja udah lupa sama ngeselinnya dia kemarin-kemarin. Saya selemah
itu.
Tapi pada akhirnya, saya capek juga.
Capek mempertahankan hubungan yang nggak jelas. Capek ketika ngomong serius
tapi ditanggapin becandaan. Capek karena merasa berusaha sendirian. Capek
karena dibohongin terus dan terus. Capek karena ngerasain sesuatu yang menurut
saya penting dan bagi dia nggak penting.
I love him truly, but I realized
kalau emang sama-sama suka yang dua-duanya usaha. Boleh sayang sama orang tapi
jangan lupa lah kalau harus sayang sama diri sendiri juga. Dan jangan lupa
kalau emang jodoh di tangan Allah. What is meant for you, will reach you even
if it is beneath two mountains. What isn’t meant for you, won’t reach you even
if it is between your two lips.
Apakah saya
seikhlas ini?
Tidak. Yang sempat
baca blog saya di February lalu—yang sekarang udah saya hapus, pasti tahu
betapa berantakannya saya. Ada masa ketika saya marah, nangis, stress, denial. Semua
tahap itu saya lewati hingga akhirnya saya menyerah, pasrah pada Kuasa Allah.
Bukan karena nggak mau berusaha tapi terkadang untuk beberapa hal,
memasrahkannya pada Allah adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Saya sayang sama
dia, banget. Lebih dari sayangnya saya sama yang sebelum-sebelumnya. Usaha yang
saya lakukan lebih dari apa yang sudah saya lakukan untuk yang
sebelum-sebelumnya. Hingga akhirnya saya sadar, tidak semua hal bisa saya
kendalikan. Bahwa urusan jodoh memang lebih baik dipasrahkan. Kalau dia kembali
ke saya, mungkin itu yang sudah Allah tuliskan. Tapi kalau akhirnya bukan dia,
saya percaya Allah tahu, jauh lebih tahu, apa yang terbaik buat umat-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar