“Karena gue sadar sih, Ndah. Akan ada masa dimana kita bakal jalan masing-masing, nggak bareng-bareng lagi. Dan gue nggak suka saat dimana itu tiba,” itu yang gue katakan ke Endah suatu malam di bulan Maret 2013 di suatu Café daerah Semarang bawah.
Waktu itu, Endah marah-marah sama gue, nggak marah-marah
juga sih, lebih ke menyayangkan kenapa gue jarang kumpul sama anak-anak. Yang dimaksud
disini adalah kumpul sama temen-temen KKN gue. Saat itu gue emang lagi ngejar
deadline lulus yang telah gue buat sendiri. Lulus diusia 20 tahun. Tapi, selain
itu, ada alasan lain. Alasan itu adalah gue emang agak jaga jarak sama mereka. Kenapa?
Karena seperti yang gue bilang tadi, gue sadar kita nggak bakal bareng-bareng
terus sampai nanti. Akan ada waktu untuk kita jalan masing-masing. Dan gue, nggak
suka dengan yang namanya perpisahan. Walaupun gue sadar benar, setiap
pertemuan, ada perpisahan.
Dimulai saat gue SMP. Saat itu, gue bersama temen-temen gue
berhasil masuk ke SMA yang sama. Ya, walaupun engga semuanya. Dari kita
ber-empat belas, hanya kita ber-sepuluh yang berhasil masuk. Sedangkan ke-empat
yang lain, menemukan jalan yang lain. Gue pikir saat itu, karena kita satu
sekolah, kita bakal terus bareng-bareng. Tapi kenyataannya?
Kumpul-kumpul masih, tapi engga sesering dulu. Beberapa dari
kami menemukan orang-orang baru. Dan pada saat itu, gue mulai belajar,
bahwasanya suatu hari nanti gue akan berdiri seorang diri. Ingatan gue kembali
pada saat gue SD, dimana gue memilih buat independent. Nggak ada tuh yang
namanya temen deket. Temen gue ya siapa aja yang bisa gue ajak ngomong dan gue
nggak masalah buat hal itu. Gue menikmati berteman dengan siapa saja tanpa ada
seseorang yang lebih atau paling deket.
Tapi gue pikir, wajar sih kalo mereka ketemu orang-orang baru, karena dari kita bersepuluh, banyak banget yang pisah kelas. Dan saat itu juga gue mulai bertemu dengan beberapa
orang baru. Deket sama mereka, main sama mereka, ngerjain tugas bareng, ke
kantin bareng, hingga terkadang teman-teman gue menyayangkan kenapa gue lebih
sering sama temen-temen baru gue daripada temen-temen lama gue. Dan saat itu
gue bingung juga sih. Yang lain sama yang baru nggak pada protes kenapa pas
giliran gue sama orang-orang baru mereka protes. Ah, entahlah, terlalu
complicated buat ngejelasin keadaan waktu itu.
Naik ke kelas 2 SMA, temen deket gue yang notabene temen
sebangku gue nggak bisa masuk ke jurusan yang sama kaya gue. Awal-awalnya kita
masih sering ke kantin bareng, maen bareng, nyamperin ke kelas. Tapi setelah
masuk ke semester dua, kami uda ga sedeket dulu lagi. Alasan yang sama seperti
yang terjadi sebelumnya, bertemu orang baru.
Masuk kuliah, gue lebih menyadari lagi bahwa kita uda engga
dalam satu jalur yang sama. Beberapa kali gue merindukan temen-temen SMP SMA
gue yang pada saat itu uda pada kuliah di Bogor, Jogja, Solo, dan universitas
lainnya. Gue merasa sendiri, sampai akhirnya, bertemu orang baru.
Gue amat sangat bersyukur ketemu Eva, Vherlly, Ocha. Juga ketemu
teman-teman KKN gue yang amat sangat luar biasa. Dan saat bersama mereka, gue
hanya bisa berdoa bahwa kami bisa bareng-bareng terus sampai kakek-kakek
nenek-nenek. Tapi,
Tapi kemarin pas Nanda pamitan balik ke Jakarta, gue ngerasa
nggak suka haha. Padahal emang rumahnya Nanda di Jakarta ya. Waktu gue lulus
gue pisah sama Vherlly Eva Ocha, gue ngerasa biasa, karena gue pikir, mereka
bertiga orang Semarang dan kita masih bisa ketemu di Semarang. Tapi waktu
kemarin Nanda balik, gue sadar, temen-temen KKN gue itu asalnya dari berbagai
penjuru, dan suatu saat nanti mereka bakal balik ke asal masing-masing dan
bakalan susah buat kita kumpul-kumpul. Apalagi ngebayangin kalo Endah balik ke
Lampung. Duh, temen gue yang baik banget satu itu kenapa rumahnya jauh banget
sih ya :”)
Kembali lagi gue harus belajar, bahwa setiap pertemuan ada
perpisahan, mungkin kita engga benar-benar berpisah, hanya beda jalan dalam
usaha meraih cita-cita. Didepan sana akan ada banyak orang-orang baru yang
direncanakan Tuhan untuk kita bertemu.
Gue juga harus belajar bahwasanya temen kita hari ini belum
tentu jadi temen kita tujuh tahun lagi. Karena emang itulah kenyataan yang gue
alami. Beberapa orang yang mungkin dulu pernah sangat dekat denganku, saat kita
kembali bertemu dalam waktu yang terbilang lumayan lama, sudah seperti orang
asing. Pada dasarnya dia masih sama, tapi tidak sama seperti ketika dulu ku
mengenalnya. Mungkin dia menemukan orang baru-orang baru, dan dia tak lagi sama
seperti dulu. Mungkin kita yang bertemu orang baru dan berubah, tak lagi sama
seperti dulu. Karena percayalah, ada orang yang datang ke hidup kita dan
berlalu dengan cepat, ada yang tinggal beberapa lama dan meninggalkan jejak
dihati kita, dan diri kitapun tak akan pernah sama seperti sebelumnya :”)
Halo teman-teman kesayanganku. Terimakasih untuk semua kisah indah
yang telah kalian berikan. Mari kita bertemu kembali (secepatnya, atau) di saat masing-masing dari
kita sudah jadi ibu-ibu kece yang punya anak lucu-lucu dan udah berhasil punya
mobil dan rumah impian masing-masing.
PS.
Ceritanya postingan ini gue tulisaktu Nanda pamit balik ke Jakarta, dan sebelum gue dapet kabar kalo Endaho balik ke Lampung. Dan ternyata kemarin gue mention-an ama dia dan mendapati bahwasanya dia uda balik Lampung dan jahatnya lagi dia nggak pamitan ke gue *toyor Endaho*. See you soon in Jakarta, Endaho! I miss you :*
PS.
Ceritanya postingan ini gue tulisaktu Nanda pamit balik ke Jakarta, dan sebelum gue dapet kabar kalo Endaho balik ke Lampung. Dan ternyata kemarin gue mention-an ama dia dan mendapati bahwasanya dia uda balik Lampung dan jahatnya lagi dia nggak pamitan ke gue *toyor Endaho*. See you soon in Jakarta, Endaho! I miss you :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar